Cerita Hot Dewasa - Irma. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, Irma, seorang karyawati yang terlahir 23 tahun yang lalu dan saat ini bekerja di perusahaan perkebunan terkemuka di kawasan Sudirman, sedang melangkah agak tergesa-gesa menuju kos-kosannya di kawasan Bendungan Hilir. Irma agak letih setelah seharian bekerja plus lembur sampai malam tiba untuk memenuhi laporan penjualan CPO pada bulan itu. Karena letih, yang ia pikirkan hanya bagaimana cepat-cepat sampai kos-kosanya, kemudian tidur melepas penatnya setelah seharian bekerja. Sehingga tanpa ia sadari, 6 pasang mata sedang melihatnya dari kejauhan.
6 pasang mata yang terlihat merah karena bir pletok yang mereka beli hasil mengamen itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur membayangkan kemolekan tubuh Irma yang pada saat itu mengenakan rok selutut dan kemeja warna putih, yang menerawangkan bra hitamnya. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata "eh, ada cewek lewat tuh". "oke juga tuh tete" timpal yang lain. "kita isep yuk ha ha ha" mereka tertawa bersama-sama. Setelah kurang lebih jarak antara mereka dengan Irma 100 meter, tiba-tiba salah satu dari mereka mengikuti langkah Irma, kemudian mereka membekap mulut Irma, dan menyeretnya ke arah bedeng proyek yang ada di dekat mereka. Bedeng tersebut kosong, karena ditinggal pekerja proyeknya selama beberapa hari.
Mereka berenam kemudian menyekap Irma yang meronta-ronta di dalam bedeng tersebut, sambil tertawa-tawa dengan mulut yang bau alkohol menyengat. Salah seorang dari mereka memegangi tangan kanan Irma, yang lainnya memegangi tangan kiri dan menyekap mulut Irma dengan tangannya yang kekar. Irma meronta-ronta takut apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian salah seorang dari mereka berdiri tepat dihadapan Irma, sambil memandang Irma yang ketakutan dengan senyum kemenangan.
"Akhirnya malem ini gue bisa ngerasain badan lo", katanya sambil mengelus leher Irma yang mulai sesenggukan menahan tangis. Tangannya mengelus leher Irma yang putih mulus dengan beberapa tahi lalat yang ada disana, sambil kemudian tangannya bergerak menuju payudara kanan milik Irma. "ah..", teriak Irma tertahan ketika tangan tersebut meremas dengan kencang payudara tersebut.
"Gile man, kenceng juga nih tete" kata pria tersebut diiringi sahutan tawa yang lainnya. Tak lama, pria tersebut sudah asik meremas-remas kedua payudara Irma yang memang berukuran besar apabila dibandingkan dengan tubuhnya. Irma orangnya tidak terlalu tinggi. Dia orangnya sedang saja, berbody tidak gemuk, namun memiliki payudara yang indah dengan perut yang rata. Kakinya pun putih mulus, sehingga membuat orang-orang di dalam bedeng itu menahan nafas ketika menyaksikan Irma merintih-rintih karena payudaranya diremas-remas oleh temannya.
Kemudian salah seorang diantara mereka lagi ikut mendekat, sehingga keenamnya berada sangat dekat dengan Irma. Irma semakin ketakutan. Tetapi dia terus berusaha berfikir positif bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan dirinya. Tiba-tiba, masih dengan tangan yang terus dipegangi oleh 2 orang, dan mulut disumpal dengan tangan, dia merasakan tangan-tangan nakal mulai menjelajahi betis dan pahanya. Dia berusaha untuk berontak dengan menendang-nendangkan kakinya. Namun usahanya sia-sia. Terdengar suara tawa puas dari orang-orang yang ada di bawah Irma, yang saat ini sedang mengelus-elus paha dan betis yang putih mulus milik Irma. Rok Irma tersingkap ke atas, sementara pahanya sedang dielus-elus oleh 2 orang. Sedangkan di bagian atas, payudara Irma sedang diremas-remas oleh 2 orang. Hal ini membuat Irma semakin sesenggukan menahan perasaan yang bercampur baur.
"Udah man telanjangin aja", kata salah seorang diantara mereka, diiringi anggukan yang lainnya. Irma semakin ketakutan. Dia membayangkan akan digilir oleh 6 orang tidak beradab ini. Sedangkan selama ini dia hanya berhubungan badan dengan pacarnya. Maklum saja, jarak yang memisahkan antara dia dan pacarnya ini, membuat pertemuan mereka yang jarang itu menjadi sesuatu yang berharga untuk dihabiskan begitu saja. Maka terjadilah gaya pacaran yang semakin lazim di jaman sekarang ini. Irma semakin meronta-ronta ketika mereka membuka kancing atas kemejanya, dan orang-orang di bawah berusaha menelanjangi rok dan celana dalam Irma.
Pria-pria yang di bagian atas melucuti kancing kemeja Irma satu persatu. Setelah itu menarik kemejanya ke belakang, sehingga menampakkan payudara Irma yang dibungkus bra warna hitam yang semakin terlihat menantang. Kemudian kemeja itu pun terlepas dan terjatuh di lantai. Irma saat ini hanya menggunakan bra dan rok saja. Kemudian pria-pria yang ada di bagian bawah pun gak lama sudah melepas habis rok Irma sehingga terjatuh pula ke lantai. Irma hanya menggunakan bra dan celana dalam yang senada berwarna hitam. Pria-pria tersebut pun tertawa puas sambil melecehkan seluruh tubuh Irma. Irma semakin menangis menjadi-jadi. Kemudian tidak lama, bra dan celana dalam Irma pun terlepas oleh mereka.
Irma pun telanjang bulat dikelilingi oleh 6 pria yang tidak dikenalnya. Hal ini membuat Irma semakin ketakutan dan menangis.
"Jangan nangis, nanti juga keenakan, hahahaha", kata salah seorang dari mereka mengejek. Irma berdiri pasrah dipegangi oleh 2 orang dan dibekap mulutnya. Pria-pria tersebut sedang melumat habis tubuh Irma yang terlihat molek tersebut. Payudaranya putih dengan beberapa hiasan tahi lalat, dan puting yang tidak terlalu besar berwarna coklat. Kemudian bentuk pinggul yang tidak terlalu besar serta kemaluan yang bulu-bulunya tercukur halus dan lembut. Paha sampai betis berwarna putih bersih. Membuat semua pria yang melihatnya, walau pun memakai rok, tidak berkedip. Di kantornya pun, Irma dikenal sebagai idola. Banyak pria yang mendekatinya, namun ia tidak menanggapinya. Kalau pun menanggapi, itu pun hanya sekedar untuk main-main saja sambil memenuhi hasratnya karena cowonya berada jauh disana. Hal itu dia lakukan karena ia lebih memilih cowoknya yang bekerja di luar kota. Ia lebih memilih cowoknya karena ia telah terlanjur menyerahkan segalanya kepada laki-laki tersebut.
Kemudian 2 orang diantara mereka menyiapkan ranjang darurat dari kardus yang biasa dibuat tidur oleh kuli-kuli proyek pemilik sah bedeng tersebut. Irma pun diseret ke ranjang tersebut, dan tetap dipegangi oleh 4 orang dari mereka. Masing-masing memegangi 2 tangan dan 2 kaki dari Irma, sekaligus membekap mulut Irma supaya tidak berisik. Sesekali Irma meronta-ronta minta dilepaskan. Tetapi siapa yang mau melepaskan tubuh mulus begitu saja? Kemudian salah seorang dari mereka, mendekati Irma dari sela-sela paha Irma, kemudian meremas-remas payudaranya dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus-elus kemaluan Irma. Irma berusaha mengelak.
Tetapi tangan kiri pria tersebut tetap mengelus-elus sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Irma. Keadaan ini membuat Irma semakin terdesak. Irma semakin menjadi-jadi mengeluarkan tangisnya. Irma begitu takut akan disetubuhi oleh pria-pria ini. Walau pun ia sudah tidak perawan, tetapi ia hanya ingin berhubungan badan dengan pacarnya saja. Tidak dengan berandalan semacam orang-orang ini. Kemudian pria tersebut tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh karyawati ini.
Ia segera membuka baju dan celananya. Tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Irma seperti berhenti bernafas. Irma sangat takut melihatnya. Milik cowoknya tidak sebesar itu. Irma pun memejamkan mata dengan ketakutan. Tak lama, pria tersebut sudah meletakkan penisnya di pintu masuk kemaluan Irma. Irma semakin ketakutan. Tak lama, pria tersebut mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Irma. "Ah...." Irma pun menjerit tertahan. Pria tersebut malah keenakan. Ia merasa seperti dipijit-pijit oleh kemaluan Irma.
"Wah, kayanya udah ga perawan nih doi. Tapi tetep peret kok hahaha", kata pria tersebut.
Tak lama, seluruh bagian penis pria tersebut masuk ke dalam vagina Irma dengan sukses. Kemudian, pria tersebut menggenjot Irma yang semakin kesakitan. Kepala Irma menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. Tubuhnya pun mengejang. Tapi hal itu malah membuat payudaranya terlihat semakin menarik. Tangan-tangan jahil pun meremas-remas payudara tersebut. Sementara yang satu memperkosa Irma, yang lain memegangi tangan dan kaki Irma, serta membekap mulut Irma.
Pria yang sekarang sedang berada di atas Irma semakin memperlaju genjotannya. Irma-pun terlihat memejamkan matanya sambil terus menangis. Sementara pria-pria yang lainnya meremas-remas payudara Irma dan meraba-raba bagian tubuh lainnya. Irma pun membayangkan dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Dosa kepada pacarnya karena sering berbohong, dan dosa kepada orang-orang yang dia permainkan perasaannya selama ini. Ia menyesal sekali telah melakukan itu semua. Mungkin ini balasannya. Pria yang sedang berada di atasnya tampaknya sudah mulai ingin orgasme. Pria tersebut mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Irma sambil meremas-remasnya.
Tak lama kemudian, pria tersebut mengejan dengan menyemprotkan spermanya yang banyak ke dalam vagina Irma. Irma ketakutan. Ia takut hamil. Kemudian ia pun menangis sejadi-jadinya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Pria yang lain maju mendekatinya.
"Tunggingin dong man", katanya pada teman-temannya yang sedang memegangi Irma.
Mereka pun membalik tubuh Irma menjadi tengkurap, lalu memaksa Irma untuk menungging sambil tetap memegangi mereka. Posisi ini membuat payudara Irma menjadi terlihat lebih besar dan menantang. Hal ini membuat mereka meremas-remas kembali payudara Irma. Payudara Irma terlihat memerah karena remasan-remasan tersebut. Pacar Irma juga paling senang melakukan adegan remasan-remasan ini. Akan tetapi malam ini Irma harus rela diremas-remas oleh orang-orang yang ia sama sekali tidak kenal. Dalam posisi menungging, orang kedua yang akan memperkosa Irma mendekati Irma dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Irma lewat belakang. Irma kembali meronta-ronta kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika orang tersebut memasukkan penisnya dan memompanya. Kekuatan pompanya makin lama makin kuat.
Ia memperkosa Irma sambil meremas-remas payudara dan putingnya, yang lain ada yang mencium-ciumi pipinya, dan termasuk mencium-ciumi bibirnya. Irma sangat tidak berdaya malam itu. Dalam posisi menungging itu ia menangis dan berharap semuanya cepat selesai dan mereka membebaskannya. Namun untuk orang-orang itu, tidaklah segampang itu. Jarang-jarang mereka dapat mangsa seperti ini. Tak lama kemudian, orang yang memperkosa Irma pun mengalami ejakulasi. Dan seluruh spermanya dia masukkan ke vagina Irma. Irma kembali sesenggukan. Sudah 2 orang menggilirnya. Tinggal 4 lagi. Pikirnya seperti itu. Irma sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka. Terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Irma hanya bisa pasrah. Ia rasakan kemaluannya sakit sekali. Dan Irma merasakan keluar darah dari kemaluannya. Walau pun ia sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan-gesekan yang terjadi sebelumnya antar penis pria-pria tersebut dan kemaluannya.
Kemudian salah seorang dari mereka, kembali maju untuk memperkosa Irma. Kali ini Irma dipaksa untuk menghisap kemaluan si pria tersebut. Irma berontak. Ia hanya mau beroral sex dengan pacarnya. Kali ini dia lakukan untuk orang lain. Irma mati-matian menolak. Akan tetapi, apalah daya dari seorang wanita. Irma pun pasrah menghisap kemaluan orang tersebut. Irma hampir tersedak. Penis pria tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya.
Irma semakin menangis. Kepalanya maju mundur menghisap kemaluan pria tersebut. Sampai tak lama kemudian, pria tersebut meringis dan mengejan. Irma berusaha menarik kepalanya dari kemaluan pria tersebut. Tetapi teman-teman pria tersebut menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Irma. Irma terbatuk-batuk tersedak. Sementara pria-pria tersebut tertawa puas. Kemudian Irma pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. Selain digilir, Irma pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya. Irma dipangku oleh orang-orang tersebut sambil diremas-remas payudaranya secara bergiliran. Kemudian ia disetubuhi sambil berdiri.
Dan setiap orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Irma mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Irma semaunya. meremas-remas, menghisap-hisap putingnya, menggigit-gigit, dan perlakuan-perlakuan lain yang diterima Irma sepanjang malam itu sampai pagi. Irma pun lemas kecapekan. Sampai paginya Irma tersadar setelah pingsan di dalam bedeng proyek tersebut. Irma merasa badannya sakit-sakit semua, terutama bagian selangkangannya yang mengeluarkan darah. Walau pun itu bukan darah perawan, tapi ia merasa sakit yang teramat sangat di selangkangannya. Tubuhnya pun penuh cupang dimana-mana. Payudaranya pun demikian. Banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran. Irmapun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan tertatih-tatih menuju kos-kosannya.
Demikian peristiwa yang terjadi dengan Irma. Dia tidak bisa melupakan hari itu. Tapi ia tidak akan menceritakannya kepada siapa-siapa, termasuk cowoknya. Biar lah hal itu menjadi rahasia pribadinya. Dan ia pun tidak akan melewati jalan tersebut kembali.
Senin, 31 Desember 2012
Senin, 24 Desember 2012
Cerita Hot Dewasa - Adikku Kekasihku
Cerita Hot Dewasa - Adikku Kekasihku. Namaku Ani, saat kejadian ini berlangsung aku masih berstatus mahasiswi tingkat tiga di sebuah perguruan tinggi negri di Bandung. Aku empat bersaudara, aku anak nomor tiga, kakakku paling besar mbak Ine sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Jakarta, kakakku nomor Mas Doni dua bekerja di Batam dan adikku Toni yang paling bungsu masih kelas satu SMU negri di Bandung.
Pertama kali aku melakukan hubungan sex dengan kakakku nomor dua saat aku masih kelas dua SMU. Saat itu kakaku sedang cuti dan pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami bertiga pergi ke Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam harinya saat aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada sesuatu di vaginaku mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang membelai dan menghisapnya tapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti ada yang menekan dan berusaha masuk dan kurasakan juga seperti ada yang sedang menindihku. Saat aku membuka mataku aku melihat kakakku sedang menindihku dan berusaha memasukan penisnya, aku mencoba berontak tapi tenagaku kalah kuat,
"Mas Doni jangan, aduh sakit mas sakit"
"Ah diem aja dan jangan coba teriak"
Dan malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang aku baca dibuku tapi rasanya sakit sekali. Aku cuma bisa pasrah dan menahan sakit di vaginaku saat kakakku bergerak diatas tubuhku, gerakannya kasar seperti ingin mencabik-cabik tubuhku. Aku cuma bisa menangis sesenggukan dan saat kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot dalam vaginaku makin shoklah diriku.
Pagi harinya aku cuma bisa diam di kamar karena tubuhku rasanya lemas dan sakit, saat kakaku mengajakku pergi aku cuma memalingkan wajahku dan menangis. Sore harinya kakaku masuk ke kamarku dia minta maaf atas kejadian semalam dan berusaha untuk memperbaikinya tapi aku cuma diam saja. Malam harinya kakaku datang lagi kekamarku aku sangat ketakutan tapi dia cuma tersenyum dan mencoba mencium bibirku tapi aku kembali berontak.
Aku memaki-maki kakaku tapi dia tidak perduli dan kembali mencium bibirku sambil meremas payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang karenanya. Dan malam itu kembali aku dan kakakku melakukannya tapi lain dari malam yang kemarin, malam ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan kami melakukannya dua kali. Sebelum kakakku kembali bekerja di Batam saat mengantar kakakku di Bandara kami aku minta kado perpisahan darinya dan di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi,
"Ah mas Doni terus mas akh"
"Akh Ani kamu cantik sekali akh... Ani mas Doni mau keluar akh.."
"Ani juga mas akh... mas ani keluar mas akhh..."
Mas Doni memelukku erat-erat begitu juga diriku, setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku cuma bisa menangis saatmas Doni pergi tapi aku juga sangat bahagia dengan kado yang diberikannya.
Sejak saat itu aku seperti ketagihan dengan sex dan untuk melampiaskannya aku cuma bisa melakukan mastrubasi di kamar mandi. Aku sudah punya pacar dan kami melakukannya sampai sekarang tapi aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari kakakku. Dan saat adikku mulai beranjak dewasa aku melihat sosok kakakku tapi adikku lebih tampan dan gagah bila dibandingkan dengan kakakku. Aku sering merasa terangsang tapi hanya bisa kutahan dan lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan mastrubasi. Entah berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk melakukannya dengan adikku.
Sampai suatu hari saat orang tuaku sedang tidak ada di rumah, adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan makan siang untuknya. Karena hari itu terasa panas aku cuma pakai celana pendek dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku kusuruh makan Toni menolak karena sudah makan diluar bersama teman-temannya, dan akhirnya aku makan sendiri sedang asik adikku berenang. Selesai makan aku buatkan jus jeruk dan aku antarkan di kolam renang. Sambil meminum jus jeruk aku melihat adikku berenang dan saat Toni keluar dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus jeruk dan berjemur jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat tidak tahan untuk memeluknya.
Tidak kusangka adikku yang dulunya culun sekarang sudah berubah menjadi seoarng cowok yang gagah dan tampan terlebih lagi hobinya adalah berenang. Dadany terlihat bidang dengan bentuk yang menggairahkan tubuhnya taletis dan bisa kutebak kalau penisnya juga lumayan besar. aku cuma bisa memandangnya, mukanya ditutupi oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan tubuhnya. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang bakal terjadi. aku membelai dada adikku dan Toni cuma menggelinjang kegelian,
"Mbak Ani apaan sih geli tau, kurang kerjaan mendingan bikinin aku roti bakar kek"
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya Toni cuma tertawa.
"Emang aku pembantu mu, enak aja".
Aku sudah benar-benar nggak tahan, tanpa pikir panjang lagi aku tindih tubuh adikku dan kulempar handuk di mukanya.
"Mbak Ani mau ngapain sih"
Tanpa sepatah katapun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan, dan mendorong tubuhku, dan aku tidak peduli kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya, dan aku tau kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar. Kuciumi terus bibir dan lehernya adikku sedikit kewalahan tapi Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.
"Baru pertama dicium cewek ya"
"Ah mbak banyak omong terusin aja mbak"
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku cuma bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
"Wah susu mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek"
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya,
"Aduh jangan keras-keras sakit, coba sekarang kamu isep susu mbak"
lalu aku sodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku.
"Akh enak sekali ton sshs... akhh terus ton enak sekali"
Aku suruh Toni berhenti lalu kuciumi lagi bibir dan lehernya, kemudian aku turun kedadanya dan kuciumi dan kugigit pelan putingnya, Toni cuma bisa mendesah lirih.
"Akh..enak mbak akhh"
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat penisnya yang gagah sudah sedikit tercetak dan nongol kepalanya di celana renang adikku dan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
"wah Ton punya kamu OK juga nih lebih bagus dari punya mas Doni"
Adikku cuma tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan aku lakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang, Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba vaginaku, kemudian kusuruh Toni menjilati vaginaku, Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya kearah vaginaku, dan Toni mulai menjilati permukaan vaginaku.
"Akh Ton enak sekali terus akh... yaa disitu ton enak akhh... terus ton terus akkhh..."
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati vaginaku. Aku sudah nggak tahan, kudorong tubuh adikku kekursi lagi, kemudian kupegang penisnya dan kuarahkan ke vaginaku, Toni kelihatannya sedikit tegang, saat kepala penisnya menyentuh permukaan vaginaku Toni menahan nafas dan mengerag saat aku menekan tubuhku kebawah dan penisnya masuk seluruhnya ke vaginaku,
"Akh... mbak... enak sekali... hangat.. yeah... ayo mbak terusin..."
Aku lalu bergerak, menggoyangkan pantatku ke atas dan kebawah dan kadang kuputar-putar, tangan adikku kusuruh meremas-remas payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku bergerak semakin lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk tumpuan dan beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan gerakannya mulai nggak karuan kadang memegang pantaku, kadang meremas payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir samapi dan berusaha menahannya,
"Akh.. mbak aduh... Toni mau keluar mbak..."
"Tahan Ton mbak sebentar lagi akhh..."
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu aku menekan tubuh adikku dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku,
"Toni nggak tahan lagi mbak... akh... mbak toni keluar mbak akhh..."
Pantatnya terangkat keatas seperti ingin menusuk vaginaku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga dengan aku otot vaginaku menekan penisnya dan kurasakan vaginaku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani addikku yang menyemprot sangat banyak di vaginaku.
Tubuh kami basah oleh keringat dan kemudain kupelul tubuh adikku menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas adikku mulai teratur dan kurasakan penisnya mulai mnegecil divaginaku namun pantatku masih tetap bergoyang di atas tubuhnya,
"Mbak enak sekali makasih ya mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan"
"Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik mbak cukup hebat walau baru pertama kali tapi mbak sangat puas sekali dan mbak pengen sekali lagi bolehkan Ton"
"Wah Toni juga mau mbak"
Kucabut penisnya dari vaginaku dan kembali kurasakan orgasme saat mencabutnya. Penis adikku sudah mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni lalu duduk dipinggir kursi dan aku kemudian menjilati penisnya, Toni kembali mendesah
"Ssshhh enak mbak"
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku, aku kembali terangsang dan penis Toni dengat cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal dilututnya. Dikolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.
Kemudian kurasakan Toni berusaha memasukan penisnya tapi selalu meleset, aku cuma tertawa keci, lau kubantu dia kupegang penisnya dan kuarahkan ke vaginaku. Toni cuman nyengir dan kemudian dia menekan penisnya kevaginaku. Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa penisnya keluar masuk vaginaku, nafasnya juga mulai memburu, aku menikmati tekenan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.
"Akh enak sekali Ton, yang keras ton akh..."
"Akhh mbak kita pindah di kursi ya disini nggak enak"
Toni lalu mengangkat tubuhu, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi. Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai memompa penisnya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku mengimbangi gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku kekiri dan kekanan dan kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai tidak teratur
"Lebih cepat Ton akh.."
"Mbak Toni mau keluar mbak akh.."
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat aku lihat tubuh Toni mulai mengejang kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan penisnya lebih dalam lagi,
"Akh mbak Toni keluar mbak akhh mbak.. ngeakhh..."
Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku, tanpa mengeluarkan penisnya kususruh Toni berbalik dan aku mulai menggerakkan pantatku di atas tubuhnya. Penis Toni memang mengecil tapi lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak nggak karuan di atas tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme, kupeluk erat-erat tubuh Toni dan setalh agak tenang, karena aku tahu kalau Toni belum keluar kemudian aku turun dan mengulum penisnya. Toni menggerakkan pantanya kekiri dan kekanan dan kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian penisnya seperti mengembang didalam mulutku,
"Akh Toni keluar mbak akhh..."
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman, dan tanpa sadar kami tertidur di kursi kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku diatas tubuhnya.
Sore hari kami dikejutkan oleh suara klakson mobil dan kami buru-buru bangun aku memakai bajuku yang berserakan di pingir kolam dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya dan berlari ke kamarnya. Saat makan malam kakiku mengeranyangi kakinya dan jari kakiku menekan penisnya yang mulai mengembang. Kedua orang tuaku sedikit keheranan dengan kelakuan kami tapi mereka tidak pernah tahu dengan apa yang telah terjadi diantara kami. Malamnya seusai makan malam aku langsung masuk kamar begitu juga Toni dan tengah malam aku terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami melakukannya lagi.
Sejak saat itu secara sembunyi-sembunyi kami melakukannya, bahkan setelah aku menikah dengan pacarku kamipun masih sering melakukannya terutama saat suamiku sedang dinas keluar kota. Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang dan bahkan cinta gelap kami ini membuahkan putra pertamaku yang sekarang sudah berusia 9 tahun. Saat pernikahan Toni aku memberikan sebuah kado dan setelah malam pengantinnya kami melakukannya di gudang belakang rumah saat semua orang sudah terlelap. Toni bilang biarpun istrinya sekarang masih gadis tapi tidak ada yang menyaingi aku. Makanya suamiku sangat betah di rumah karena servisku yang sangat memuaskan, tanpa tahu kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.
E N D
Pertama kali aku melakukan hubungan sex dengan kakakku nomor dua saat aku masih kelas dua SMU. Saat itu kakaku sedang cuti dan pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami bertiga pergi ke Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam harinya saat aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada sesuatu di vaginaku mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang membelai dan menghisapnya tapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti ada yang menekan dan berusaha masuk dan kurasakan juga seperti ada yang sedang menindihku. Saat aku membuka mataku aku melihat kakakku sedang menindihku dan berusaha memasukan penisnya, aku mencoba berontak tapi tenagaku kalah kuat,
"Mas Doni jangan, aduh sakit mas sakit"
"Ah diem aja dan jangan coba teriak"
Dan malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang aku baca dibuku tapi rasanya sakit sekali. Aku cuma bisa pasrah dan menahan sakit di vaginaku saat kakakku bergerak diatas tubuhku, gerakannya kasar seperti ingin mencabik-cabik tubuhku. Aku cuma bisa menangis sesenggukan dan saat kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot dalam vaginaku makin shoklah diriku.
Pagi harinya aku cuma bisa diam di kamar karena tubuhku rasanya lemas dan sakit, saat kakaku mengajakku pergi aku cuma memalingkan wajahku dan menangis. Sore harinya kakaku masuk ke kamarku dia minta maaf atas kejadian semalam dan berusaha untuk memperbaikinya tapi aku cuma diam saja. Malam harinya kakaku datang lagi kekamarku aku sangat ketakutan tapi dia cuma tersenyum dan mencoba mencium bibirku tapi aku kembali berontak.
Aku memaki-maki kakaku tapi dia tidak perduli dan kembali mencium bibirku sambil meremas payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang karenanya. Dan malam itu kembali aku dan kakakku melakukannya tapi lain dari malam yang kemarin, malam ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan kami melakukannya dua kali. Sebelum kakakku kembali bekerja di Batam saat mengantar kakakku di Bandara kami aku minta kado perpisahan darinya dan di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi,
"Ah mas Doni terus mas akh"
"Akh Ani kamu cantik sekali akh... Ani mas Doni mau keluar akh.."
"Ani juga mas akh... mas ani keluar mas akhh..."
Mas Doni memelukku erat-erat begitu juga diriku, setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku cuma bisa menangis saatmas Doni pergi tapi aku juga sangat bahagia dengan kado yang diberikannya.
Sejak saat itu aku seperti ketagihan dengan sex dan untuk melampiaskannya aku cuma bisa melakukan mastrubasi di kamar mandi. Aku sudah punya pacar dan kami melakukannya sampai sekarang tapi aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari kakakku. Dan saat adikku mulai beranjak dewasa aku melihat sosok kakakku tapi adikku lebih tampan dan gagah bila dibandingkan dengan kakakku. Aku sering merasa terangsang tapi hanya bisa kutahan dan lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan mastrubasi. Entah berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk melakukannya dengan adikku.
Sampai suatu hari saat orang tuaku sedang tidak ada di rumah, adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan makan siang untuknya. Karena hari itu terasa panas aku cuma pakai celana pendek dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku kusuruh makan Toni menolak karena sudah makan diluar bersama teman-temannya, dan akhirnya aku makan sendiri sedang asik adikku berenang. Selesai makan aku buatkan jus jeruk dan aku antarkan di kolam renang. Sambil meminum jus jeruk aku melihat adikku berenang dan saat Toni keluar dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus jeruk dan berjemur jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat tidak tahan untuk memeluknya.
Tidak kusangka adikku yang dulunya culun sekarang sudah berubah menjadi seoarng cowok yang gagah dan tampan terlebih lagi hobinya adalah berenang. Dadany terlihat bidang dengan bentuk yang menggairahkan tubuhnya taletis dan bisa kutebak kalau penisnya juga lumayan besar. aku cuma bisa memandangnya, mukanya ditutupi oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan tubuhnya. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang bakal terjadi. aku membelai dada adikku dan Toni cuma menggelinjang kegelian,
"Mbak Ani apaan sih geli tau, kurang kerjaan mendingan bikinin aku roti bakar kek"
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya Toni cuma tertawa.
"Emang aku pembantu mu, enak aja".
Aku sudah benar-benar nggak tahan, tanpa pikir panjang lagi aku tindih tubuh adikku dan kulempar handuk di mukanya.
"Mbak Ani mau ngapain sih"
Tanpa sepatah katapun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan, dan mendorong tubuhku, dan aku tidak peduli kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya, dan aku tau kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar. Kuciumi terus bibir dan lehernya adikku sedikit kewalahan tapi Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.
"Baru pertama dicium cewek ya"
"Ah mbak banyak omong terusin aja mbak"
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku cuma bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
"Wah susu mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek"
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya,
"Aduh jangan keras-keras sakit, coba sekarang kamu isep susu mbak"
lalu aku sodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku.
"Akh enak sekali ton sshs... akhh terus ton enak sekali"
Aku suruh Toni berhenti lalu kuciumi lagi bibir dan lehernya, kemudian aku turun kedadanya dan kuciumi dan kugigit pelan putingnya, Toni cuma bisa mendesah lirih.
"Akh..enak mbak akhh"
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat penisnya yang gagah sudah sedikit tercetak dan nongol kepalanya di celana renang adikku dan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
"wah Ton punya kamu OK juga nih lebih bagus dari punya mas Doni"
Adikku cuma tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan aku lakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang, Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba vaginaku, kemudian kusuruh Toni menjilati vaginaku, Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya kearah vaginaku, dan Toni mulai menjilati permukaan vaginaku.
"Akh Ton enak sekali terus akh... yaa disitu ton enak akhh... terus ton terus akkhh..."
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati vaginaku. Aku sudah nggak tahan, kudorong tubuh adikku kekursi lagi, kemudian kupegang penisnya dan kuarahkan ke vaginaku, Toni kelihatannya sedikit tegang, saat kepala penisnya menyentuh permukaan vaginaku Toni menahan nafas dan mengerag saat aku menekan tubuhku kebawah dan penisnya masuk seluruhnya ke vaginaku,
"Akh... mbak... enak sekali... hangat.. yeah... ayo mbak terusin..."
Aku lalu bergerak, menggoyangkan pantatku ke atas dan kebawah dan kadang kuputar-putar, tangan adikku kusuruh meremas-remas payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku bergerak semakin lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk tumpuan dan beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan gerakannya mulai nggak karuan kadang memegang pantaku, kadang meremas payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir samapi dan berusaha menahannya,
"Akh.. mbak aduh... Toni mau keluar mbak..."
"Tahan Ton mbak sebentar lagi akhh..."
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu aku menekan tubuh adikku dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku,
"Toni nggak tahan lagi mbak... akh... mbak toni keluar mbak akhh..."
Pantatnya terangkat keatas seperti ingin menusuk vaginaku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga dengan aku otot vaginaku menekan penisnya dan kurasakan vaginaku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani addikku yang menyemprot sangat banyak di vaginaku.
Tubuh kami basah oleh keringat dan kemudain kupelul tubuh adikku menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas adikku mulai teratur dan kurasakan penisnya mulai mnegecil divaginaku namun pantatku masih tetap bergoyang di atas tubuhnya,
"Mbak enak sekali makasih ya mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan"
"Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik mbak cukup hebat walau baru pertama kali tapi mbak sangat puas sekali dan mbak pengen sekali lagi bolehkan Ton"
"Wah Toni juga mau mbak"
Kucabut penisnya dari vaginaku dan kembali kurasakan orgasme saat mencabutnya. Penis adikku sudah mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni lalu duduk dipinggir kursi dan aku kemudian menjilati penisnya, Toni kembali mendesah
"Ssshhh enak mbak"
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku, aku kembali terangsang dan penis Toni dengat cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal dilututnya. Dikolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.
Kemudian kurasakan Toni berusaha memasukan penisnya tapi selalu meleset, aku cuma tertawa keci, lau kubantu dia kupegang penisnya dan kuarahkan ke vaginaku. Toni cuman nyengir dan kemudian dia menekan penisnya kevaginaku. Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa penisnya keluar masuk vaginaku, nafasnya juga mulai memburu, aku menikmati tekenan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.
"Akh enak sekali Ton, yang keras ton akh..."
"Akhh mbak kita pindah di kursi ya disini nggak enak"
Toni lalu mengangkat tubuhu, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi. Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai memompa penisnya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku mengimbangi gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku kekiri dan kekanan dan kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai tidak teratur
"Lebih cepat Ton akh.."
"Mbak Toni mau keluar mbak akh.."
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat aku lihat tubuh Toni mulai mengejang kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan penisnya lebih dalam lagi,
"Akh mbak Toni keluar mbak akhh mbak.. ngeakhh..."
Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku, tanpa mengeluarkan penisnya kususruh Toni berbalik dan aku mulai menggerakkan pantatku di atas tubuhnya. Penis Toni memang mengecil tapi lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak nggak karuan di atas tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme, kupeluk erat-erat tubuh Toni dan setalh agak tenang, karena aku tahu kalau Toni belum keluar kemudian aku turun dan mengulum penisnya. Toni menggerakkan pantanya kekiri dan kekanan dan kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian penisnya seperti mengembang didalam mulutku,
"Akh Toni keluar mbak akhh..."
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman, dan tanpa sadar kami tertidur di kursi kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku diatas tubuhnya.
Sore hari kami dikejutkan oleh suara klakson mobil dan kami buru-buru bangun aku memakai bajuku yang berserakan di pingir kolam dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya dan berlari ke kamarnya. Saat makan malam kakiku mengeranyangi kakinya dan jari kakiku menekan penisnya yang mulai mengembang. Kedua orang tuaku sedikit keheranan dengan kelakuan kami tapi mereka tidak pernah tahu dengan apa yang telah terjadi diantara kami. Malamnya seusai makan malam aku langsung masuk kamar begitu juga Toni dan tengah malam aku terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami melakukannya lagi.
Sejak saat itu secara sembunyi-sembunyi kami melakukannya, bahkan setelah aku menikah dengan pacarku kamipun masih sering melakukannya terutama saat suamiku sedang dinas keluar kota. Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang dan bahkan cinta gelap kami ini membuahkan putra pertamaku yang sekarang sudah berusia 9 tahun. Saat pernikahan Toni aku memberikan sebuah kado dan setelah malam pengantinnya kami melakukannya di gudang belakang rumah saat semua orang sudah terlelap. Toni bilang biarpun istrinya sekarang masih gadis tapi tidak ada yang menyaingi aku. Makanya suamiku sangat betah di rumah karena servisku yang sangat memuaskan, tanpa tahu kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.
Sabtu, 08 Desember 2012
Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 2)
Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya sebelumnya "Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi," Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.
Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.
"Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?" ledeknya sambil berbisik.
"Kan lain jurusan," aku membela diri. "Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … " Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.
"Kok bengong, ayo masuk," Mbak Indah mencubit lenganku. "Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik."
Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.
"Nih, minum dulu, habis itu mandi," kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.
"Kan tadi udah mandi Mbak," kataku.
"Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok," Mbak Indah tampak cemberut. "Kalau gitu, aku duluan mandi," katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.
"Mbak," Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. "Aku mau mandi, tapi bareng ya?"
"Ih, maunya .. " Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.
"Katanya mau mandi?" setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.
"Ih, nakal," kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.
"Sakit Mbak," aku meringis.
"Biarin," kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.
Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.
"Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti," lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.
Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.
Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.
Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu.
Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …
"mmmmhhhh …. " bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, "Aaaaaahhh," nikmat luar biasa.
Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.
Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya.
Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian.
Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.
Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
"Oooooooooooohh ," Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku.
Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.
Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku.
"Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh," desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.
Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.
"Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat," aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.
"Aaaah… Hoooohh," aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.
"Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..," beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.
"Hampir lupa ya?" lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.
"Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku."
Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.
"Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.
T A M A T
Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.
"Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?" ledeknya sambil berbisik.
"Kan lain jurusan," aku membela diri. "Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … " Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.
***
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.
"Kok bengong, ayo masuk," Mbak Indah mencubit lenganku. "Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik."
Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.
"Nih, minum dulu, habis itu mandi," kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.
"Kan tadi udah mandi Mbak," kataku.
"Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok," Mbak Indah tampak cemberut. "Kalau gitu, aku duluan mandi," katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.
"Mbak," Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. "Aku mau mandi, tapi bareng ya?"
"Ih, maunya .. " Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.
"Katanya mau mandi?" setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.
"Ih, nakal," kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.
"Sakit Mbak," aku meringis.
"Biarin," kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.
Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.
"Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti," lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.
Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.
Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.
Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu.
Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …
"mmmmhhhh …. " bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, "Aaaaaahhh," nikmat luar biasa.
Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.
Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya.
Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian.
Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.
Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
"Oooooooooooohh ," Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku.
Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.
Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku.
"Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh," desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.
Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.
"Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat," aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.
"Aaaah… Hoooohh," aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.
"Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..," beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.
"Hampir lupa ya?" lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.
***
Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan."Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku."
Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.
"Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.
Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 1)
Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya. Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan "naik pangkat" jadi penasihat.
Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.
"Didik .. " aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. "Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu," kata Sarah setelah aku mendekat.
"Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean," jawabku.
"Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu," Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali.
"Dik, kamu pacaran sama Nita ya?" tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.
"Emangnya, ada apa sih?" aku balik bertanya.
"Enggak ada apa-apa sih .. " Sarah berhenti sejenak. "Emmm, pengin nanya aja."
"Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita," jawabku datar.
"Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita," kata Sarah lagi.
"Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho," bantahku.
"Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’," Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. "Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya."
"Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita."
Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.
"Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?" tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.
"Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti," jawabku.
"Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?" tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.
"Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?" aku gantian bertanya.
"Enggak kok, nggak kenapa-kenapa," elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.
Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’.
Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.
Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.
Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita.
Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.
"Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!" katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.
"Maksud Mbak, apa?" aku bertanya tidak mengerti.
"Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!" katanya lagi.
"Ini ada apa sih Mbak?" aku makin bingung.
"Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete," aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul.
"Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?" aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.
"Eh, malah senyam-senyum," hardiknya sambil melotot.
"Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu," kataku.
"Lucu kepalamu," Mbak Indah sewot.
"Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!" Aku tersenyum menggodanya.
"Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!" Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.
"Mbak cakep deh kalau marah-marah," makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.
"Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!" kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.
Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu.
"Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja," kataku mengakhiri penjelasanku.
"Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?" Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.
"Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu," kataku lagi.
"Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?"
Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.
"Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga," kataku sambil garuk-garuk kepala.
Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.
Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.
"Baca di rumah," bisiknya.
***
Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.
"Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi," Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.
Bersambung .. Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 2)
Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.
"Didik .. " aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. "Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu," kata Sarah setelah aku mendekat.
"Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean," jawabku.
"Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu," Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali.
"Dik, kamu pacaran sama Nita ya?" tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.
"Emangnya, ada apa sih?" aku balik bertanya.
"Enggak ada apa-apa sih .. " Sarah berhenti sejenak. "Emmm, pengin nanya aja."
"Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita," jawabku datar.
"Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita," kata Sarah lagi.
"Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho," bantahku.
"Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’," Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. "Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya."
"Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita."
Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.
"Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?" tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.
"Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti," jawabku.
"Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?" tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.
"Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?" aku gantian bertanya.
"Enggak kok, nggak kenapa-kenapa," elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.
*****
Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’.
Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.
Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.
Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita.
Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.
"Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!" katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.
"Maksud Mbak, apa?" aku bertanya tidak mengerti.
"Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!" katanya lagi.
"Ini ada apa sih Mbak?" aku makin bingung.
"Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete," aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul.
"Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?" aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.
"Eh, malah senyam-senyum," hardiknya sambil melotot.
"Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu," kataku.
"Lucu kepalamu," Mbak Indah sewot.
"Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!" Aku tersenyum menggodanya.
"Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!" Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.
"Mbak cakep deh kalau marah-marah," makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.
"Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!" kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.
Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu.
"Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja," kataku mengakhiri penjelasanku.
"Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?" Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.
"Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu," kataku lagi.
"Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?"
Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.
"Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga," kataku sambil garuk-garuk kepala.
Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.
Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.
"Baca di rumah," bisiknya.
Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.
"Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi," Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.
Bersambung .. Cerita Hot Dewasa - Dari Adiknya, Dapat Kakaknya (Part 2)
Sabtu, 01 Desember 2012
Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA (Part 2)
Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA sebelumnya Melihat suasana yang mendukung, Andi segera melancarkan jurus baru yang membuatku semakin terlena. Dia menciumi pantatku dengan lembut. Mulainya perlahan, dari pantat yang kiri kemudian yang kanan. Setelah mencium seluruh permukaan pantatku, Andi mulai menjilati keduanya. Aku sampai memejamkan mata karena asyiknya. Geli sekali tapi enak. Membuat bulu kudukku berdiri. Pantatku sampai tegang dan merapat. Suaraku masih menyuruh Andi keluar, tapi hatiku masih menginginkan dia meneruskan aksinya.
Saat itu perasaanku campur aduk. Otakku sudah lepas kontrol. Karena Andi merasa aku hanya setengah hati menyuruhnya keluar, dia semakin berani. Dia berpindah ke depan dan menempelkan mulutnya di daerah kemaluanku. Dengusan napasnya yang hangat sampai di antara pahaku. Aku bergetar dan mulai menyukainya. Aku diam saja waktu dia menciumi dan menjilati daerah itu sampai celana dalamku basah. Aku merasa otot-otot di sekitar kemaluanku mengejang. Rasanya seperti merapat terus.
Dia terus menjilati dan menyedot sambil tangannya meremas-remas pantatku.
"Aahh..!" hanya desahan tertahan itu yang keluar dari mulutku.
Pantatku menegang terus karena geli dan nikmat. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan, karena ini pengalaman baru bagiku. Aku hanya merasakan dan merasakan. Suaraku tenggelam dalam suara keras house music yang berdebam-debam.
Kemudian Andi melakukan suatu hal yang paling mengejutkan seumur hidupku. Dengan beraninya dia menurunkan celana dalamku sampai ke paha. Aku malu sekali. Dia melihat hal yang tidak boleh dilihat. Dia melihat kemaluanku. Matanya tepat di depan kemaluanku. Sesuatu yang tidak pernah dilihat pria manapun sejak ditumbuhi bulu. Aku malu sekali dan menyuruhnya menghentikan perbuatannya. Tapi dia malah melepaskan celana dalamku sampai ke bawah.
Aku hampir marah padanya sampai tiba-tiba aku merasa ada benda lembut dan hangat lewat di antara paha yang kurapatkan menyentuh permukaan kemaluanku.
"Aahh..!" aku menjerit tertahan.
Antara kaget dan geli, kusadari dia menjilati kemaluanku. Lembut sekali. Mendadak kemarahanku hilang tidak berbekas, bahkan ingin dia tetap meneruskan. Aku memejamkan mata dan mengerang. Aku berpegangan pada sisi tangga dan meja minuman. Lidahnya bermain ke sana kemari. Benar-benar nikmat. Tanpa terasa aku semakin melebarkan kakiku.
"Ahh..!" jilatannya semakin terasa.
Seakan tahu keinginanku, Andi memasukkan wajahnya di antara pahaku dan menjilati kemaluanku sepuas-puasnya. Seluruh kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. Kemudian dengan kuat dia menghisap kemaluanku. Rasanya seluruh cairanku terhisap keluar. Badanku menegang seperti orang kesetrum.
Setelah itu, lidahnya menjulur keluar masuk secara terus menerus namun lembut. Terbersit perasaan malu, namun nafsuku mengalahkannya. Pikiranku sudah terbang ke khayangan.
Uuhh..! Apalagi aku merasakan lidahnya bermain di antara belahan bibir kemaluanku. Dihisap, dikulum, dijilat dan diciumi. Sampai pada tahap lidahnya memainkan klitorisku.
Uuahh… Sensasinya, benar-benar membuatku terlena. Dengan ujung lidahnya dia menjilati klitorisku. Ke atas ke bawah, berputar dan kadang dengan seluruh permukaan lidahnya yang lebar, melewati klitorisku ke depan dan ke belakang.
Aku sudah tidak perduli pada sekeliling. Toh suasana gelap. Aku membiarkan Andi menjilati dan memainkan kemaluanku. Celana dalamku terasa mengganggu sehingga aku membiarkan Andi melepaskannya dari kakiku. Kemudian salah satu kakiku dinaikkan ke pundaknya. Aahh… Semakin nikmat. Aku membiarkan dia menghisap sambil kedua tangannya menyibak bibir kemaluanku. Aku merasa kemaluanku terbuka lebar dan bagian dalamnya dijilati oleh lidahnya yang lembut.
Luar biasa..! Benar-benar nikmat tidak terkira. Aku seperti orang gila yang menahan erangan. Ingin rasanya aku berteriak merasakan aksinya sepuas-puasnya.
Dalam waktu kira-kira sepuluh menit dia mengerjai kemaluanku, aku merasa ada dorongan aneh. Seluruh otot di daerah kemaluanku mengejang dan rasanya seperti ada sesuatu yang mau keluar dari kemaluanku. Aku tidak dapat menahan dan mencengkram pinggiran meja dengan kuat. Andi tetap menjilati klitorisku dengan cepat. Dan akhirnya, setelah perasaan yang tidak dapat kugambarkan karena nikmatnya, aku menjadi lemas, lemas sekali. Seakan-akan seluruh tulangku lepas. Aku sempoyongan. Untungnya Andi sigap dan menyangga kedua kakiku.
Dengan susah payah aku berpegangan pada tangga dan Andi keluar dari rokku dan memapah pundakku. Kemudian kami menyadarkan diri di tangga dan dia mengambil minuman segar dan menawarkan padaku. Aku mengangguk malu. Setelah kami berdua minum, dia segera mencium pipiku seperti biasa dan menanyakan padaku apa aku suka dengan tindakannya tadi. Ciumannya terasa lain. Lebih lembut. Aku pura-pura marah dan mengatakan aku tidak suka. Tapi Andi kembali mencium pipiku dan menggodaku dengan bertanya enak mana dihisap, dijilat atau dikulum? Aku memukul bahunya sambil menyembunyikan wajahku yang tersipu.
Aku masih malu sekali mengingatnya. Mungkin kalau lampunya terang dia dapat tertawa melihat wajahku yang tidak karuan. Sambil mengantongi celana dalamku yang jatuh di lantai dia berkata kalau pernah lihat BF dan ingin mempraktekkan apa yang dilihat. Terutama dia penasaran dengan kemaluan cewek. Penasaran apakah cewek memang bereaksi seperti itu atau hanya acting saja. Karena itu waktu melihat celana dalamku yang seksi itu dia penasaran ingin mencobanya.
Sialan, terus aku yang dijadikan kelinci percobaan pikirku.
"Tapi itu nggak akan membuatku hamil kan..?" aku bertanya polos.
Dia tertawa dan berkata, "Gile kamu Cin, nggak ada yang masuk ke kemaluanmu kok. Kamu masih perawan, bagaimana bisa hamil..? Lagipula aku nggak akan merusak masa depanmu. Aku sayang banget sama kamu."
Lega juga mendengar perkataannya.
Aku sudah berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana kalau aku hamil..? Bagaimana kalau aku sudah tidak perawan..? Bagaimana kalau aku tidak kawin dengannya..? Namun aku lega semuanya tidak akan terjadi.
Malam itu aku meneruskan pesta sampai pulang tanpa menggunakan celana dalam, rasanya aneh, dingin. Sedang otot-otot kemaluanku masih berdenyut-denyut nikmat seperti perasaan mau pipis. Soalnya ini pertama kali aku orgasme. Ternyata asyik dan menegangkan juga berada di antara teman-teman tidak memakai celana dalam. Dan mereka tidak tahu. Celana dalamku yang basah dimasukkan tasnya Andi bersama pakaian gantinya. Dia janji akan mengantarkan lewat pos. Sialan dia.
Sejak saat itu aku semakin akrab dengan Andi. Aku terkadang masih suka membayangkan perbuatannya pada kemaluanku. Kenikmatannya yang mengasyikkan. Andi juga semakin dekat padaku. Kemana-mana makin sering berdua. Sampai teman-teman mengira kami jadian. Kalau di rumah tidak ada orang, kami sering mandi bersama. Dan Andi masih sering melakukan kesukaannya mengerjai kemaluanku sampai aku orgasme, kali ini sambil meremas-remas payudaraku.
Aku juga mulai belajar menghisap burungnya Andi. Lewat BF, aku belajar merangsang burung agar mencapai orgasme. Soalnya aku kasihan melihat dia selalu onani setelah memuaskan aku. Andi baik juga, dia tidak memaksaku melakukan itu. Dia hanya senang kalau aku orgasme. Aku jadi semakin tidak enak mendengarnya. Maka itu aku cari kesempatan mempraktekkan ‘ilmuku’ saat rumahku kosong.
Di siang hari, di rumah aku sering sendirian. Kakak perempuanku sekolah di luar negeri, sedang ayahku kerja sampai sore. Kalau ibuku sering aktif di beberapa organisasi sejak aku SMA. Tinggal pembantuku yang agak-agak lugu.
Ketika kesempatan itu tiba, aku segera mengontak Andi agar datang ke rumahku. Segera setelah Andi masuk ke kamarku, aku menyampaikan maksudku. Andi hanya tertawa dan segera meremas-remas lembut kedua payudaraku. Aku bilang kalau aku serius. Tapi dia tidak perduli, malah tangannya meraba-raba kemaluanku.
Kemudian dia membuka dasterku sehingga aku hanya pakai celana dalam saja. Kemudian tangannya masuk ke celana dalamku. Dia meremas kemaluanku. Kudorong dia ke ranjangku, kemudian kukunci pintu dan kunyalakan BF di bagian yang sudah kupelajari. Kemudian kubuka celananya.
Pertama kalinya, sambil melihat BF di kamarku, aku mulai dengan memegang seluruh bagian burung. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi saat menggenggam burungnya secara langsung. Mulai kepalanya, batangnya dan telurnya. Kemudian kuusap-usap. Andi memejamkan mata dan mendesah.
Kupikir, "Wah.., bisa nih..!"
Terus aku mulai dengan mengurutnya seperti cara dia onani. Perlahahan-lahan, kemudian makin cepat. Andi bergetar seperti orang kedinginan. Kepala burungnya mulai basah. Aku semakin hanyut oleh perasaan. Senang rasanya kalau dapat membuatnya orgasme. Lalu kulihat di BF, si cewek mulai memasukkan burung lawan mainnya ke mulut dan memainkannya dengan lidah. Perlahan kucoba mendekatkan mulutku ke burungnya. Dengan jelas kulihat kepala burungnya yang merah dan basah. Aku terhenti sejenak.
Kemudian Andi berkata kalau aku tidak siap tidak usah. Justru perkataannya semakin membuatku merasa egois. Dia tidak jijik kok aku merasa jijik. Dengan cepat kumasukkan kepala burungnya ke mulutku. Andi mengerang dengan keras. Rasanya aneh. Seperti rasa besi. Hihihi… Aku melirik ke arah TV melihat apa saja yang dilakukan si cewek dan bagaimana reaksi si cowok. Soalnya aku penasaran.
Kuhisap perlahan naik turun sambil tanganku mengelus-elus telurnya. Konon katanya telur itu kalau diusap-usap nikmatnya sebanding dengan kalau puting payudaraku diusap-usap. Perasaan aneh karena bau dan rasa burung yang asing segera hilang melihat Andi mengerang-erang dan memejamkan matanya karena nikmat. Aku ingat perasaanku saat itu. Aku segera meneruskan aksiku.
Kulihat di TV si cewek meneteskan ludahnya ke kepala burung dan menjilatinya. Aku menirunya. Woow.., si Andi tampak menikmatinya. Lalu kujilati batang burungnya dari pangkal sampai ujung kepalanya. Lalu kuhisap lagi sedalam-dalamnya, terus keluar masuk sambil tanganku mengelus-elus telurnya.
Setelah berbagai gaya mengerjai burung kulancarkan, Andi terlihat akan mencapai klimaks. Sambil merintih dia memintaku mengocoknya. Aku mengocoknya dengan kecepatan tinggi sehingga dia makin kejang-kejang tidak karuan. Aku tidak mengerti kecepatan yang sesuai bagaimana. Tiba-tiba dari kepala burungnya menyemprot cairan putih banyak sekali ke atas, kemudian jatuh. Sebagian mengenai rambutku, sebagian jatuh lagi ke pahanya.
Di TV kulihat si cewek cepat-cepat memasukkan burung cowoknya ke mulut begitu orgasme. Aku menirunya. Kumasukkan burungnya ke mulutku dan kuhisap perlahan naik turun. Andi berkata sesuatu tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas karena dia bergetar hebat. Seluruh otot perut dan pantatnya mengejang. Kuhisap terus burungnya sampai mulutku penuh cairan putih itu. Tiba-tiba burung Andi menjadi loyo tidak bertenaga. Aku sempat bingung. Terus terlihat Andi yang terkapar tidak berdaya.
Dia berkata lagi bahwa spermanya jangan diminum. Aku baru sadar bahwa mulutku penuh sperma sampai menetes ke badanku. Rasanya aneh, hangat dan agak asin. Aku memuntahkan sperma Andi ke wastafel, kemudian kumur. Rasa burung dan sperma seakan-akan mendominasi mulutku sampai agak lama.
Kata pertama yang diucapkan Andi waktu aku kembali adalah, "Hebatnya kocokanmu, sampai burungku mau lepas..!"
Aku agak bingung pertamanya. Baru setelah itu kusadari kalau kocokanku terlalu cepat. Hihihi. Maklum baru pertama. Saat itu perasaanku senang sekali dapat membalas ‘jasa’ Andi memuaskanku. Jadi kini aku dapat juga memuaskan Andi.
Kadang kala timbul keinginan memasukkan burungnya ke dalam kemaluanku, tapi Andi selalu menolak. Aku sendiri kalau sedang nafsu tidak mampu mengontrol diriku sendiri.
Sampai saat ini, setelah sekian lama berlalu, pengalaman itu tidak akan pernah kulupakan. Pengalaman peramaku mencapai orgasme tanpa kehilangan keperawanan dan pelajaran memuaskan pria tanpa berhubungan.
T A M A T
Saat itu perasaanku campur aduk. Otakku sudah lepas kontrol. Karena Andi merasa aku hanya setengah hati menyuruhnya keluar, dia semakin berani. Dia berpindah ke depan dan menempelkan mulutnya di daerah kemaluanku. Dengusan napasnya yang hangat sampai di antara pahaku. Aku bergetar dan mulai menyukainya. Aku diam saja waktu dia menciumi dan menjilati daerah itu sampai celana dalamku basah. Aku merasa otot-otot di sekitar kemaluanku mengejang. Rasanya seperti merapat terus.
Dia terus menjilati dan menyedot sambil tangannya meremas-remas pantatku.
"Aahh..!" hanya desahan tertahan itu yang keluar dari mulutku.
Pantatku menegang terus karena geli dan nikmat. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan, karena ini pengalaman baru bagiku. Aku hanya merasakan dan merasakan. Suaraku tenggelam dalam suara keras house music yang berdebam-debam.
Kemudian Andi melakukan suatu hal yang paling mengejutkan seumur hidupku. Dengan beraninya dia menurunkan celana dalamku sampai ke paha. Aku malu sekali. Dia melihat hal yang tidak boleh dilihat. Dia melihat kemaluanku. Matanya tepat di depan kemaluanku. Sesuatu yang tidak pernah dilihat pria manapun sejak ditumbuhi bulu. Aku malu sekali dan menyuruhnya menghentikan perbuatannya. Tapi dia malah melepaskan celana dalamku sampai ke bawah.
Aku hampir marah padanya sampai tiba-tiba aku merasa ada benda lembut dan hangat lewat di antara paha yang kurapatkan menyentuh permukaan kemaluanku.
"Aahh..!" aku menjerit tertahan.
Antara kaget dan geli, kusadari dia menjilati kemaluanku. Lembut sekali. Mendadak kemarahanku hilang tidak berbekas, bahkan ingin dia tetap meneruskan. Aku memejamkan mata dan mengerang. Aku berpegangan pada sisi tangga dan meja minuman. Lidahnya bermain ke sana kemari. Benar-benar nikmat. Tanpa terasa aku semakin melebarkan kakiku.
"Ahh..!" jilatannya semakin terasa.
Seakan tahu keinginanku, Andi memasukkan wajahnya di antara pahaku dan menjilati kemaluanku sepuas-puasnya. Seluruh kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. Kemudian dengan kuat dia menghisap kemaluanku. Rasanya seluruh cairanku terhisap keluar. Badanku menegang seperti orang kesetrum.
Setelah itu, lidahnya menjulur keluar masuk secara terus menerus namun lembut. Terbersit perasaan malu, namun nafsuku mengalahkannya. Pikiranku sudah terbang ke khayangan.
Uuhh..! Apalagi aku merasakan lidahnya bermain di antara belahan bibir kemaluanku. Dihisap, dikulum, dijilat dan diciumi. Sampai pada tahap lidahnya memainkan klitorisku.
Uuahh… Sensasinya, benar-benar membuatku terlena. Dengan ujung lidahnya dia menjilati klitorisku. Ke atas ke bawah, berputar dan kadang dengan seluruh permukaan lidahnya yang lebar, melewati klitorisku ke depan dan ke belakang.
Aku sudah tidak perduli pada sekeliling. Toh suasana gelap. Aku membiarkan Andi menjilati dan memainkan kemaluanku. Celana dalamku terasa mengganggu sehingga aku membiarkan Andi melepaskannya dari kakiku. Kemudian salah satu kakiku dinaikkan ke pundaknya. Aahh… Semakin nikmat. Aku membiarkan dia menghisap sambil kedua tangannya menyibak bibir kemaluanku. Aku merasa kemaluanku terbuka lebar dan bagian dalamnya dijilati oleh lidahnya yang lembut.
Luar biasa..! Benar-benar nikmat tidak terkira. Aku seperti orang gila yang menahan erangan. Ingin rasanya aku berteriak merasakan aksinya sepuas-puasnya.
Dalam waktu kira-kira sepuluh menit dia mengerjai kemaluanku, aku merasa ada dorongan aneh. Seluruh otot di daerah kemaluanku mengejang dan rasanya seperti ada sesuatu yang mau keluar dari kemaluanku. Aku tidak dapat menahan dan mencengkram pinggiran meja dengan kuat. Andi tetap menjilati klitorisku dengan cepat. Dan akhirnya, setelah perasaan yang tidak dapat kugambarkan karena nikmatnya, aku menjadi lemas, lemas sekali. Seakan-akan seluruh tulangku lepas. Aku sempoyongan. Untungnya Andi sigap dan menyangga kedua kakiku.
Dengan susah payah aku berpegangan pada tangga dan Andi keluar dari rokku dan memapah pundakku. Kemudian kami menyadarkan diri di tangga dan dia mengambil minuman segar dan menawarkan padaku. Aku mengangguk malu. Setelah kami berdua minum, dia segera mencium pipiku seperti biasa dan menanyakan padaku apa aku suka dengan tindakannya tadi. Ciumannya terasa lain. Lebih lembut. Aku pura-pura marah dan mengatakan aku tidak suka. Tapi Andi kembali mencium pipiku dan menggodaku dengan bertanya enak mana dihisap, dijilat atau dikulum? Aku memukul bahunya sambil menyembunyikan wajahku yang tersipu.
Aku masih malu sekali mengingatnya. Mungkin kalau lampunya terang dia dapat tertawa melihat wajahku yang tidak karuan. Sambil mengantongi celana dalamku yang jatuh di lantai dia berkata kalau pernah lihat BF dan ingin mempraktekkan apa yang dilihat. Terutama dia penasaran dengan kemaluan cewek. Penasaran apakah cewek memang bereaksi seperti itu atau hanya acting saja. Karena itu waktu melihat celana dalamku yang seksi itu dia penasaran ingin mencobanya.
Sialan, terus aku yang dijadikan kelinci percobaan pikirku.
"Tapi itu nggak akan membuatku hamil kan..?" aku bertanya polos.
Dia tertawa dan berkata, "Gile kamu Cin, nggak ada yang masuk ke kemaluanmu kok. Kamu masih perawan, bagaimana bisa hamil..? Lagipula aku nggak akan merusak masa depanmu. Aku sayang banget sama kamu."
Lega juga mendengar perkataannya.
Aku sudah berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana kalau aku hamil..? Bagaimana kalau aku sudah tidak perawan..? Bagaimana kalau aku tidak kawin dengannya..? Namun aku lega semuanya tidak akan terjadi.
Malam itu aku meneruskan pesta sampai pulang tanpa menggunakan celana dalam, rasanya aneh, dingin. Sedang otot-otot kemaluanku masih berdenyut-denyut nikmat seperti perasaan mau pipis. Soalnya ini pertama kali aku orgasme. Ternyata asyik dan menegangkan juga berada di antara teman-teman tidak memakai celana dalam. Dan mereka tidak tahu. Celana dalamku yang basah dimasukkan tasnya Andi bersama pakaian gantinya. Dia janji akan mengantarkan lewat pos. Sialan dia.
Sejak saat itu aku semakin akrab dengan Andi. Aku terkadang masih suka membayangkan perbuatannya pada kemaluanku. Kenikmatannya yang mengasyikkan. Andi juga semakin dekat padaku. Kemana-mana makin sering berdua. Sampai teman-teman mengira kami jadian. Kalau di rumah tidak ada orang, kami sering mandi bersama. Dan Andi masih sering melakukan kesukaannya mengerjai kemaluanku sampai aku orgasme, kali ini sambil meremas-remas payudaraku.
Aku juga mulai belajar menghisap burungnya Andi. Lewat BF, aku belajar merangsang burung agar mencapai orgasme. Soalnya aku kasihan melihat dia selalu onani setelah memuaskan aku. Andi baik juga, dia tidak memaksaku melakukan itu. Dia hanya senang kalau aku orgasme. Aku jadi semakin tidak enak mendengarnya. Maka itu aku cari kesempatan mempraktekkan ‘ilmuku’ saat rumahku kosong.
Di siang hari, di rumah aku sering sendirian. Kakak perempuanku sekolah di luar negeri, sedang ayahku kerja sampai sore. Kalau ibuku sering aktif di beberapa organisasi sejak aku SMA. Tinggal pembantuku yang agak-agak lugu.
Ketika kesempatan itu tiba, aku segera mengontak Andi agar datang ke rumahku. Segera setelah Andi masuk ke kamarku, aku menyampaikan maksudku. Andi hanya tertawa dan segera meremas-remas lembut kedua payudaraku. Aku bilang kalau aku serius. Tapi dia tidak perduli, malah tangannya meraba-raba kemaluanku.
Kemudian dia membuka dasterku sehingga aku hanya pakai celana dalam saja. Kemudian tangannya masuk ke celana dalamku. Dia meremas kemaluanku. Kudorong dia ke ranjangku, kemudian kukunci pintu dan kunyalakan BF di bagian yang sudah kupelajari. Kemudian kubuka celananya.
Pertama kalinya, sambil melihat BF di kamarku, aku mulai dengan memegang seluruh bagian burung. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi saat menggenggam burungnya secara langsung. Mulai kepalanya, batangnya dan telurnya. Kemudian kuusap-usap. Andi memejamkan mata dan mendesah.
Kupikir, "Wah.., bisa nih..!"
Terus aku mulai dengan mengurutnya seperti cara dia onani. Perlahahan-lahan, kemudian makin cepat. Andi bergetar seperti orang kedinginan. Kepala burungnya mulai basah. Aku semakin hanyut oleh perasaan. Senang rasanya kalau dapat membuatnya orgasme. Lalu kulihat di BF, si cewek mulai memasukkan burung lawan mainnya ke mulut dan memainkannya dengan lidah. Perlahan kucoba mendekatkan mulutku ke burungnya. Dengan jelas kulihat kepala burungnya yang merah dan basah. Aku terhenti sejenak.
Kemudian Andi berkata kalau aku tidak siap tidak usah. Justru perkataannya semakin membuatku merasa egois. Dia tidak jijik kok aku merasa jijik. Dengan cepat kumasukkan kepala burungnya ke mulutku. Andi mengerang dengan keras. Rasanya aneh. Seperti rasa besi. Hihihi… Aku melirik ke arah TV melihat apa saja yang dilakukan si cewek dan bagaimana reaksi si cowok. Soalnya aku penasaran.
Kuhisap perlahan naik turun sambil tanganku mengelus-elus telurnya. Konon katanya telur itu kalau diusap-usap nikmatnya sebanding dengan kalau puting payudaraku diusap-usap. Perasaan aneh karena bau dan rasa burung yang asing segera hilang melihat Andi mengerang-erang dan memejamkan matanya karena nikmat. Aku ingat perasaanku saat itu. Aku segera meneruskan aksiku.
Kulihat di TV si cewek meneteskan ludahnya ke kepala burung dan menjilatinya. Aku menirunya. Woow.., si Andi tampak menikmatinya. Lalu kujilati batang burungnya dari pangkal sampai ujung kepalanya. Lalu kuhisap lagi sedalam-dalamnya, terus keluar masuk sambil tanganku mengelus-elus telurnya.
Setelah berbagai gaya mengerjai burung kulancarkan, Andi terlihat akan mencapai klimaks. Sambil merintih dia memintaku mengocoknya. Aku mengocoknya dengan kecepatan tinggi sehingga dia makin kejang-kejang tidak karuan. Aku tidak mengerti kecepatan yang sesuai bagaimana. Tiba-tiba dari kepala burungnya menyemprot cairan putih banyak sekali ke atas, kemudian jatuh. Sebagian mengenai rambutku, sebagian jatuh lagi ke pahanya.
Di TV kulihat si cewek cepat-cepat memasukkan burung cowoknya ke mulut begitu orgasme. Aku menirunya. Kumasukkan burungnya ke mulutku dan kuhisap perlahan naik turun. Andi berkata sesuatu tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas karena dia bergetar hebat. Seluruh otot perut dan pantatnya mengejang. Kuhisap terus burungnya sampai mulutku penuh cairan putih itu. Tiba-tiba burung Andi menjadi loyo tidak bertenaga. Aku sempat bingung. Terus terlihat Andi yang terkapar tidak berdaya.
Dia berkata lagi bahwa spermanya jangan diminum. Aku baru sadar bahwa mulutku penuh sperma sampai menetes ke badanku. Rasanya aneh, hangat dan agak asin. Aku memuntahkan sperma Andi ke wastafel, kemudian kumur. Rasa burung dan sperma seakan-akan mendominasi mulutku sampai agak lama.
Kata pertama yang diucapkan Andi waktu aku kembali adalah, "Hebatnya kocokanmu, sampai burungku mau lepas..!"
Aku agak bingung pertamanya. Baru setelah itu kusadari kalau kocokanku terlalu cepat. Hihihi. Maklum baru pertama. Saat itu perasaanku senang sekali dapat membalas ‘jasa’ Andi memuaskanku. Jadi kini aku dapat juga memuaskan Andi.
Kadang kala timbul keinginan memasukkan burungnya ke dalam kemaluanku, tapi Andi selalu menolak. Aku sendiri kalau sedang nafsu tidak mampu mengontrol diriku sendiri.
Sampai saat ini, setelah sekian lama berlalu, pengalaman itu tidak akan pernah kulupakan. Pengalaman peramaku mencapai orgasme tanpa kehilangan keperawanan dan pelajaran memuaskan pria tanpa berhubungan.
Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA (Part 1)
Cerita Hot Dewasa - Pengalaman Sex Pertamaku Waktu SMA. Cerita sex panas ini bener-bener ga bisa kulupakan. Pengalaman sex yang menggelikan tiap kali aku mengingatnya. Hanya disini dan pertama kali ini aku akan menceritakan pengalaman sex pertamaku ini. Siap-siap saja kalian tersenyum geli waktu membacanya, cerita sex pengalaman pertama yang aneh, seru dan menggelikan… hihihi… tapi ini bener-bener terjadi lohhh.
OK.. sebelumnya perkenalkan, sebut saja namaku Cindy umur 20 tahun. Aku akan menceritakan kisah seruku waktu masih duduk di bangku kelas 2 SMA di Surabaya. Aku sekolah di SMA swasta Katolik terkenal. Aku termasuk anak yang pandai di kelas namun tidak kuper. Temanku banyak, karena aku orangnya seru dan gokil. Dan aku juga suka pesta, bukan pesta sex lho he2… Beberapa waktu sekali aku dan teman teman ’se-gank’ suka mengadakan pesta di berbagai tempat. Kalau lagi ada uang kami bahkan menyewa restoran hotel untuk pesta. Dengan mengundang teman-teman seangkatan, kami patungan untuk menyewa tempat. Kadang di Westin, Sheraton, Shangri-la atau Majapahit.
Aku sangat menikmati masa-masa SMA dulu, berkumpul dengan teman-teman. Meskipun aku anak yang pandai tidak berarti aku anak yang belajar melulu. Aku juga pernah ikut teman-teman bolos pelajaran atau eskul. Malah pernah aku terlibat ngerjai guru. Lucu sekali. Untung dengan wajahku yang polos ini aku dapat lolos dari hukuman. Aku bilang kalau aku tidak ikut-ikut. Dan para guru percaya. Yang kena ya teman-teman pria.
Selain teman wanita, aku juga punya banyak teman pria. Tapi aku selalu memegang prinsip, bahwa selama belum kuliah aku tidak akan pacaran. Soalnya rugi. Aku tidak akan mendapatkan teman yang banyak. Beberapa dari mereka pernah berusaha menjadikanku pacar. Menurut mereka aku cukup keren dan asyik. Tapi aku ya menolak dengan halus sehingga tidak menyakiti perasaan mereka. Soalnya mereka juga teman sendiri. Kalau sakit hati kan persahabatan bisa bubar.
Kupikir-pikir aku memang keren kok. Hihihi… Yang jelas aku rutin aerobic seminggu tiga kali. Postur tubuhku juga lumayan, tapi beberapa teman mengatakan aku agak kurus. Dengan tinggi 163 cm, beratku hanya 46 kg. Tapi biarlah tidak pa-pa. Yang penting kan sexy.
Kejadian mendebarkan dan tidak akan terlupa kualami waktu pesta Valentine bulan Februari. Seperti biasa, kami segera mempersiapkan event besar ini dengan pesta yang heboh. Bahkan kami menentukan tema pesta kali ini. Seluruh undangan harus pakai kostum aneh. Asyik juga meskipun akhirnya tidak ada yang sewa kostum, hanya kostum bikinan sendiri hasil modifikasi bersama.
Aku sendiri memakai gaunku yang model jaman kerajaan. Seperti gaun Cinderella dengan rok menggembung disumpal jalinan kain dan sejenis kawat lentur seperti kandang ayam. Payah juga. Agak mengganggu waktu duduk. Tapi saat aku memakainya aku seperti melihat wanita anggun tempo dulu. Hanya kurang payung kecil dan wig pirang. Aku mempersiapkan kostum ini semalaman dibantu Mamaku. Aku rasa ini akan jadi pesta Valentine terheboh sepanjang SMA.
Karena pada saat itu semua hotel tidak menyewakan restorannya (karena masing-masing sudah punya pesta Valentine), maka kami sepakat untuk menggunakan villa salah satu teman kami di Trawas. Villa ini besar sekali dan full fasilitas. Kami sudah sering menginap beramai-ramai di tempat ini.
Kami mengundang banyak sekali anak kelas 2. Maka saat kami memulai pestanya kami benar-benar seperti dalam acara besar. Ada yang berkaraoke, ada yang joget dan ada yang main billyard. Pokoknya kami menikmati seluruh fasilitas di villa.
Mendekati puncak acara, yaitu disko ramai-ramai, aku pergi ke meja minuman untuk mengambil minum lagi. David temanku yang anak orang kaya itu mensponsori berbagai macam minuman, dari yang beralkohol sampai juice buah-buahan. Aku tertarik dengan minuman berwarna hijau daun yang entah sampai saat ini aku tidak tahu namanya. Mungkin Fanta, hihihi.
Tiba-tiba dari bawah meja yang ditutupi taplak besar muncul salah satu temanku Andi.
Aku kaget dan bertanya, "Ngapain kamu?"
Dia bilang kalau mau bikin kejutan di tengah arena disko dengan muncul tiba-tiba pakai kostum Zorro. Aku hanya tertawa mendengarnya. Soalnya dari tadi Andi tidak muncul. Baru muncul sekarang dengan kostum Zorro-nya yang kacau balau.
Sekedar informasi, Andi adalah sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan. Dari kecil kami selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju kembaran. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek perumahanku sekitar tahun 1980an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama Andi. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi ya kusimpan baik-baik saja. Yang tahu hanya sahabatku Rosa.
Aku menyetujui usulnya. Kemudian dia bilang kalau dia butuh bantuanku. Dia mau sembunyi di dalam rokku yang besar, terus aku disuruh jalan ke tengah arena, dan dia segera muncul. Kemudian berlagak menyandera salah satu cewek. Jelas saja aku tidak mau. Kesenangan dia dong. Terus dia bilang kalau dia kan sudah sering lihat aku berenang. Buat apa malu. Lagipula ini kan teman-teman sendiri.
Setelah kupikir-pikir, oke lah. Dia toh sudah sering melihatku pakai baju renang maupun baju senam kok. Dan aku tidak malu. Selama ini Andi juga tidak pernah kurang ajar padaku. Malah cenderung memperhatikan dan menyayangiku.
Kemudian setelah mendapat persetujuanku, dia segera mempersiapkan topengnya dan masuk ke dalam rokku. Tidak ada yang melihatnya masuk ke dalam rokku, karena meja minuman ini ada di sudut samping tangga, agak jauh dari kerumunan. Jadi semua berjalan lancar. Aku senyum-senyum saja membayangkan rencana si Andi. Sebenarnya risih juga ada seorang pria, meskipun si Andi, berada dekat sekali dengan daerah pinggulku. Tapi kupikir toh dia sudah sering lihat. Aku merasa dia sedang membetulkan posisinya di dalam rokku. Memang rokku besar juga dan Andi orangnya kurus. Tapi pasti cukup sulit bagi orang setinggi kira-kira 175 cm untuk bergerak.
Tiba-tiba bagai disambar petir, aku baru ingat kalau aku ternyata hanya pakai celana dalam terbaruku yang model G-string. Model celana dalam yang bagian depannya kecil sekali dan bagian belakangnya masuk di antara pantatku. Selain itu aku hanya pakai stocking warna coklat. Wajahku mendadak bersemu merah. Jantungku berdebar. Andi belum pernah melihat pantatku terbuka sedemikian rupa. Dia pasti melihat pantatku. Aku segera panik dan berusaha memanggil Andi.
Aku baru sadar kalau Andi diam saja di dalam rokku. Aku hanya merasakan hembusan napasnya di pahaku. Berarti dia sedang melihat daerah kemaluanku. Aku menepuk-nepuk rokku dan berusaha memanggilnya. Tapi dia diam saja. Kemudian kulihat Rosa dan Dewi menghampiriku. Mereka mengambil minum dan menanyakan kenapa aku berdiri di pojok terus. Kok tidak bersama teman yang lain.
Sementara aku bercakap-cakap dengan Rosa dan Dewi, aku merasa kalau Andi berpindah ke belakang. Sial. Dia pasti sedang menikmati pantatku yang montok. Aku merasa hembusan napasnya yang dekat sekali. Sedetik kemudian dia mulai meraba pantatku. Aku tersentak, sehingga Rosa bertanya. Aku berusaha menjelaskan kalau aku hanya kaget karena minuman yang kuambil ternyata tidak enak. Aku segera berlagak mengganti dengan minuman yang lain.
Dalam hatiku berkata, "Awas kamu Ndi..!"
Sebenarnya aku bisa saja menolak dengan mengangkat rokku atau bergerak ke samping, sehingga Andi keluar. Tapi ada perasaan aneh dan mendebarkan kala Andi meraba pantatku. Aku merasakan sensasi yang aneh yang belum pernah kurasakan.
Tahu kalau aku tidak marah, Andi semakin berani. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut, dari batas pinggul ke bawah terus hingga daerah selangkangan. Kemudian dia mengusap-usap perlahan dengan gerakan tidak beraturan. Kadang berputar lebar, kemudian makin ke tengah. Aku begitu menikmatinya walau aku terus berbicara dengan Rosa dan Dewi. Entah rona wajahku berubah atau tidak.
Kemudian Rosa mengajakku karaoke. Aku bilang kalau aku masih mau mencobai minuman yang ada. Setelah Rosa dan Dewi pergi dengan keheranan, aku setengah berbisik memanggil Andi. Kutepuk kepalanya (kira-kira) dan kusuruh segera keluar meskipun sebenarnya aku penasaran.
Andi hanya berkata, "Sebentar..!" sambil tetap meneruskan aksinya.
Kemudian disco time mulai. Lampu mulai dipadamkan, hanya lampu disko mini punya Samuel yang dinyalakan. Sehingga suasana cenderung gelap. Hanya arena disko yang agak terang dengan lampu warna warni. Kulihat beberapa pasangan mulai larut dalam kegelapan. Ada yang asyik berciuman, ada yang berdansa mesra, bahkan kulihat pasangan yang asyik petting di sofa. Aku mengingatkan Andi untuk segera memulai aksinya. Namun dia diam saja. Aku jadi salah tingkah.
Melihat suasana yang mendukung, Andi segera melancarkan jurus baru yang membuatku semakin terlena. Dia menciumi pantatku dengan lembut. Mulainya perlahan, dari pantat yang kiri kemudian yang kanan. Setelah mencium seluruh permukaan pantatku, Andi mulai menjilati keduanya. Aku sampai memejamkan mata karena asyiknya. Geli sekali tapi enak. Membuat bulu kudukku berdiri. Pantatku sampai tegang dan merapat. Suaraku masih menyuruh Andi keluar, tapi hatiku masih menginginkan dia meneruskan aksinya.
OK.. sebelumnya perkenalkan, sebut saja namaku Cindy umur 20 tahun. Aku akan menceritakan kisah seruku waktu masih duduk di bangku kelas 2 SMA di Surabaya. Aku sekolah di SMA swasta Katolik terkenal. Aku termasuk anak yang pandai di kelas namun tidak kuper. Temanku banyak, karena aku orangnya seru dan gokil. Dan aku juga suka pesta, bukan pesta sex lho he2… Beberapa waktu sekali aku dan teman teman ’se-gank’ suka mengadakan pesta di berbagai tempat. Kalau lagi ada uang kami bahkan menyewa restoran hotel untuk pesta. Dengan mengundang teman-teman seangkatan, kami patungan untuk menyewa tempat. Kadang di Westin, Sheraton, Shangri-la atau Majapahit.
Aku sangat menikmati masa-masa SMA dulu, berkumpul dengan teman-teman. Meskipun aku anak yang pandai tidak berarti aku anak yang belajar melulu. Aku juga pernah ikut teman-teman bolos pelajaran atau eskul. Malah pernah aku terlibat ngerjai guru. Lucu sekali. Untung dengan wajahku yang polos ini aku dapat lolos dari hukuman. Aku bilang kalau aku tidak ikut-ikut. Dan para guru percaya. Yang kena ya teman-teman pria.
Selain teman wanita, aku juga punya banyak teman pria. Tapi aku selalu memegang prinsip, bahwa selama belum kuliah aku tidak akan pacaran. Soalnya rugi. Aku tidak akan mendapatkan teman yang banyak. Beberapa dari mereka pernah berusaha menjadikanku pacar. Menurut mereka aku cukup keren dan asyik. Tapi aku ya menolak dengan halus sehingga tidak menyakiti perasaan mereka. Soalnya mereka juga teman sendiri. Kalau sakit hati kan persahabatan bisa bubar.
Kupikir-pikir aku memang keren kok. Hihihi… Yang jelas aku rutin aerobic seminggu tiga kali. Postur tubuhku juga lumayan, tapi beberapa teman mengatakan aku agak kurus. Dengan tinggi 163 cm, beratku hanya 46 kg. Tapi biarlah tidak pa-pa. Yang penting kan sexy.
Kejadian mendebarkan dan tidak akan terlupa kualami waktu pesta Valentine bulan Februari. Seperti biasa, kami segera mempersiapkan event besar ini dengan pesta yang heboh. Bahkan kami menentukan tema pesta kali ini. Seluruh undangan harus pakai kostum aneh. Asyik juga meskipun akhirnya tidak ada yang sewa kostum, hanya kostum bikinan sendiri hasil modifikasi bersama.
Aku sendiri memakai gaunku yang model jaman kerajaan. Seperti gaun Cinderella dengan rok menggembung disumpal jalinan kain dan sejenis kawat lentur seperti kandang ayam. Payah juga. Agak mengganggu waktu duduk. Tapi saat aku memakainya aku seperti melihat wanita anggun tempo dulu. Hanya kurang payung kecil dan wig pirang. Aku mempersiapkan kostum ini semalaman dibantu Mamaku. Aku rasa ini akan jadi pesta Valentine terheboh sepanjang SMA.
Karena pada saat itu semua hotel tidak menyewakan restorannya (karena masing-masing sudah punya pesta Valentine), maka kami sepakat untuk menggunakan villa salah satu teman kami di Trawas. Villa ini besar sekali dan full fasilitas. Kami sudah sering menginap beramai-ramai di tempat ini.
Kami mengundang banyak sekali anak kelas 2. Maka saat kami memulai pestanya kami benar-benar seperti dalam acara besar. Ada yang berkaraoke, ada yang joget dan ada yang main billyard. Pokoknya kami menikmati seluruh fasilitas di villa.
Mendekati puncak acara, yaitu disko ramai-ramai, aku pergi ke meja minuman untuk mengambil minum lagi. David temanku yang anak orang kaya itu mensponsori berbagai macam minuman, dari yang beralkohol sampai juice buah-buahan. Aku tertarik dengan minuman berwarna hijau daun yang entah sampai saat ini aku tidak tahu namanya. Mungkin Fanta, hihihi.
Tiba-tiba dari bawah meja yang ditutupi taplak besar muncul salah satu temanku Andi.
Aku kaget dan bertanya, "Ngapain kamu?"
Dia bilang kalau mau bikin kejutan di tengah arena disko dengan muncul tiba-tiba pakai kostum Zorro. Aku hanya tertawa mendengarnya. Soalnya dari tadi Andi tidak muncul. Baru muncul sekarang dengan kostum Zorro-nya yang kacau balau.
Sekedar informasi, Andi adalah sahabat baikku sejak kecil. Kebetulan rumah kami berdekatan. Dari kecil kami selalu main bersama, sekolah di sekolah yang sama dan kadang kala beli baju kembaran. Orangtuaku dan orangtuanya sudah kenal baik sejak pindah di komplek perumahanku sekitar tahun 1980an. Sebenarnya aku ada sedikit perasaan sih sama Andi. Tapi kok rasanya dia hanya menganggapku saudara. Jadi ya kusimpan baik-baik saja. Yang tahu hanya sahabatku Rosa.
Aku menyetujui usulnya. Kemudian dia bilang kalau dia butuh bantuanku. Dia mau sembunyi di dalam rokku yang besar, terus aku disuruh jalan ke tengah arena, dan dia segera muncul. Kemudian berlagak menyandera salah satu cewek. Jelas saja aku tidak mau. Kesenangan dia dong. Terus dia bilang kalau dia kan sudah sering lihat aku berenang. Buat apa malu. Lagipula ini kan teman-teman sendiri.
Setelah kupikir-pikir, oke lah. Dia toh sudah sering melihatku pakai baju renang maupun baju senam kok. Dan aku tidak malu. Selama ini Andi juga tidak pernah kurang ajar padaku. Malah cenderung memperhatikan dan menyayangiku.
Kemudian setelah mendapat persetujuanku, dia segera mempersiapkan topengnya dan masuk ke dalam rokku. Tidak ada yang melihatnya masuk ke dalam rokku, karena meja minuman ini ada di sudut samping tangga, agak jauh dari kerumunan. Jadi semua berjalan lancar. Aku senyum-senyum saja membayangkan rencana si Andi. Sebenarnya risih juga ada seorang pria, meskipun si Andi, berada dekat sekali dengan daerah pinggulku. Tapi kupikir toh dia sudah sering lihat. Aku merasa dia sedang membetulkan posisinya di dalam rokku. Memang rokku besar juga dan Andi orangnya kurus. Tapi pasti cukup sulit bagi orang setinggi kira-kira 175 cm untuk bergerak.
Tiba-tiba bagai disambar petir, aku baru ingat kalau aku ternyata hanya pakai celana dalam terbaruku yang model G-string. Model celana dalam yang bagian depannya kecil sekali dan bagian belakangnya masuk di antara pantatku. Selain itu aku hanya pakai stocking warna coklat. Wajahku mendadak bersemu merah. Jantungku berdebar. Andi belum pernah melihat pantatku terbuka sedemikian rupa. Dia pasti melihat pantatku. Aku segera panik dan berusaha memanggil Andi.
Aku baru sadar kalau Andi diam saja di dalam rokku. Aku hanya merasakan hembusan napasnya di pahaku. Berarti dia sedang melihat daerah kemaluanku. Aku menepuk-nepuk rokku dan berusaha memanggilnya. Tapi dia diam saja. Kemudian kulihat Rosa dan Dewi menghampiriku. Mereka mengambil minum dan menanyakan kenapa aku berdiri di pojok terus. Kok tidak bersama teman yang lain.
Sementara aku bercakap-cakap dengan Rosa dan Dewi, aku merasa kalau Andi berpindah ke belakang. Sial. Dia pasti sedang menikmati pantatku yang montok. Aku merasa hembusan napasnya yang dekat sekali. Sedetik kemudian dia mulai meraba pantatku. Aku tersentak, sehingga Rosa bertanya. Aku berusaha menjelaskan kalau aku hanya kaget karena minuman yang kuambil ternyata tidak enak. Aku segera berlagak mengganti dengan minuman yang lain.
Dalam hatiku berkata, "Awas kamu Ndi..!"
Sebenarnya aku bisa saja menolak dengan mengangkat rokku atau bergerak ke samping, sehingga Andi keluar. Tapi ada perasaan aneh dan mendebarkan kala Andi meraba pantatku. Aku merasakan sensasi yang aneh yang belum pernah kurasakan.
Tahu kalau aku tidak marah, Andi semakin berani. Dia mengelus-elus pantatku dengan lembut, dari batas pinggul ke bawah terus hingga daerah selangkangan. Kemudian dia mengusap-usap perlahan dengan gerakan tidak beraturan. Kadang berputar lebar, kemudian makin ke tengah. Aku begitu menikmatinya walau aku terus berbicara dengan Rosa dan Dewi. Entah rona wajahku berubah atau tidak.
Kemudian Rosa mengajakku karaoke. Aku bilang kalau aku masih mau mencobai minuman yang ada. Setelah Rosa dan Dewi pergi dengan keheranan, aku setengah berbisik memanggil Andi. Kutepuk kepalanya (kira-kira) dan kusuruh segera keluar meskipun sebenarnya aku penasaran.
Andi hanya berkata, "Sebentar..!" sambil tetap meneruskan aksinya.
Kemudian disco time mulai. Lampu mulai dipadamkan, hanya lampu disko mini punya Samuel yang dinyalakan. Sehingga suasana cenderung gelap. Hanya arena disko yang agak terang dengan lampu warna warni. Kulihat beberapa pasangan mulai larut dalam kegelapan. Ada yang asyik berciuman, ada yang berdansa mesra, bahkan kulihat pasangan yang asyik petting di sofa. Aku mengingatkan Andi untuk segera memulai aksinya. Namun dia diam saja. Aku jadi salah tingkah.
Melihat suasana yang mendukung, Andi segera melancarkan jurus baru yang membuatku semakin terlena. Dia menciumi pantatku dengan lembut. Mulainya perlahan, dari pantat yang kiri kemudian yang kanan. Setelah mencium seluruh permukaan pantatku, Andi mulai menjilati keduanya. Aku sampai memejamkan mata karena asyiknya. Geli sekali tapi enak. Membuat bulu kudukku berdiri. Pantatku sampai tegang dan merapat. Suaraku masih menyuruh Andi keluar, tapi hatiku masih menginginkan dia meneruskan aksinya.
Cerita Hot Dewasa - Rosa, Adik Istriku
Cerita Hot Dewasa - Rosa, Adik Istriku. Usiaku sudah hampir mencapai tiga puluh lima, ya... sekitar 3 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 7 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.
Jadi... begini nih ceritanya.
Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.
Pagi sekitar pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Rosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Rosa mengganti celana anakku, "Kemana mamanya, Sa...?" tanyaku. "Lagi ke pasar Bang" jawabnya "Emang gak diberi tau, ya?" timpalnya lagi. Aku melihat Rosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia melihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku.
"Kenapa kamu?" tanyaku heran "hmm Anu bang..." sambil melihat kembali ke bawah.
"Oh... maaf ya, Sa?" terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe....
Anehnya, Rosa hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "Abis tempur ya, Bang. Mau dong..." Katanya tanpa ragu "Haaa..." Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.
Dua hari setelah mengingat pernyataan Rosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Rosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan "saluran air", aku berpapasan dengan Rosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.
Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.
"Siapa?" tanyaku
"Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang" jawabnya.
"Oh iya, ada apa, Sa...?" tanyaku lagi
"Bang, lampu di kamar aku mati tuh"
"Cepatan dong!!"
"Oo... iya, bentar ya" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Rosa.
Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.
"Sa, kamu pegangin nih kursi ya?" perintahku "OK, bang" balasnya.
"Kok kamu belum pake baju?" tanyaku heran.
"Abisnya agak gelap, bang?"
"ooo...!?"
Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Rosa. Dan... braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Rosa..
"Ou...ou..." apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.
"Maaf, Sa"
"Gak apa-apa bang"
Anehnya Rosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.
Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami, dengan berani kucium bibirnya, Rosa hanya terdiam dan tidak membalas.
"Kok kamu diam?"
"Ehmm... malu, Bang"
Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Rosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.
"Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok"
"Sa... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm" Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Rosa tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.
Sungguh indah dan harum memeknya Rosa, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.
"Adauuu.... sakiiit" tentu saja ia melonjak kesakitan.
"Oh, maaf Sa"
"Jangan seperti itu dong" merintih ia
"Ayo lanjutin lagi" pintanya
"Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang" aturnya kemudian
Tubuhku kini terlentang pasrah. Rosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.
"Ohhh... Sa, enak kali sayang, ah...?" kalau yang ini entah ia pelajari dari mana, masa bodo ahh...!!
"Duh, gede amat barang mu, Bang"
"Ohhh...."
"Bang, Rosa sudah tidak tahan, nih... masukin punya mu, ya Bang"
"Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan" Rosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.
"Ouuu...ahhhhh...." seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Rosa.
"Awwwh, Baaaang..... akhhhhh" Rosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya.
Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Rosa semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.
"Akhhhh... aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Awwwhhh??"
"Jangan dulu Sa, tahan ya bentar" hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Rosa genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Rosa terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.
"Ampuuuun...... ahhhh... trus, Bang"
"Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih"
Rosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.
"Oughhhhh... abang juga mau keluar, Zzhaa" kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Rosa membahana di ruang kamar.
Erangan panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.
"Ouughhhhh.... ouhhhhhh"
"Enak, Baaaangg...."
"Iya sayang.... ehmmmmmm" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Rosa dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.
"mmmmmmuaaachhhhh..." dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.
Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendong anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Rosa siap dan dimanapun aku siap.
Jadi... begini nih ceritanya.
Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.
Pagi sekitar pukul 9 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Rosa yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Rosa mengganti celana anakku, "Kemana mamanya, Sa...?" tanyaku. "Lagi ke pasar Bang" jawabnya "Emang gak diberi tau, ya?" timpalnya lagi. Aku melihat Rosa pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia melihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku.
"Kenapa kamu?" tanyaku heran "hmm Anu bang..." sambil melihat kembali ke bawah.
"Oh... maaf ya, Sa?" terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana hehehe....
Anehnya, Rosa hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "Abis tempur ya, Bang. Mau dong..." Katanya tanpa ragu "Haaa..." Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.
Dua hari setelah mengingat pernyataan Rosa kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Titi kamal. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Rosa di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan "saluran air", aku berpapasan dengan Rosa yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.
Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor.
"Siapa?" tanyaku
"Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang" jawabnya.
"Oh iya, ada apa, Sa...?" tanyaku lagi
"Bang, lampu di kamar aku mati tuh"
"Cepatan dong!!"
"Oo... iya, bentar ya" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Rosa.
Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud.
"Sa, kamu pegangin nih kursi ya?" perintahku "OK, bang" balasnya.
"Kok kamu belum pake baju?" tanyaku heran.
"Abisnya agak gelap, bang?"
"ooo...!?"
Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Rosa. Dan... braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Rosa..
"Ou...ou..." apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka.
"Maaf, Sa"
"Gak apa-apa bang"
Anehnya Rosa tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.
Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami, dengan berani kucium bibirnya, Rosa hanya terdiam dan tidak membalas.
"Kok kamu diam?"
"Ehmm... malu, Bang"
Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Rosa mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. payudara miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.
"Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok"
"Sa... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm" Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Rosa tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.
Sungguh indah dan harum memeknya Rosa, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.
"Adauuu.... sakiiit" tentu saja ia melonjak kesakitan.
"Oh, maaf Sa"
"Jangan seperti itu dong" merintih ia
"Ayo lanjutin lagi" pintanya
"Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang" aturnya kemudian
Tubuhku kini terlentang pasrah. Rosa langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.
"Ohhh... Sa, enak kali sayang, ah...?" kalau yang ini entah ia pelajari dari mana, masa bodo ahh...!!
"Duh, gede amat barang mu, Bang"
"Ohhh...."
"Bang, Rosa sudah tidak tahan, nih... masukin punya mu, ya Bang"
"Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan" Rosa kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.
"Ouuu...ahhhhh...." seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Rosa.
"Awwwh, Baaaang..... akhhhhh" Rosa mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payu daranya.
Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya.Rosa semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.
"Akhhhh... aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Awwwhhh??"
"Jangan dulu Sa, tahan ya bentar" hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Rosa genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Rosa terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.
"Ampuuuun...... ahhhh... trus, Bang"
"Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih"
Rosa tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.
"Oughhhhh... abang juga mau keluar, Zzhaa" kugoyang semangkin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Rosa membahana di ruang kamar.
Erangan panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.
"Ouughhhhh.... ouhhhhhh"
"Enak, Baaaangg...."
"Iya sayang.... ehmmmmmm" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Rosa dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.
"mmmmmmuaaachhhhh..." dikecupnya punyaku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.
Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendong anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Rosa siap dan dimanapun aku siap.
Langganan:
Postingan (Atom)